Disdik Aceh Gelar Refleksi Akhir Tahun 2024 : Kolaborasi untuk Masa Depan



BANDA ACEH - Dinas Pendidikan (Disdik) Aceh mengadakan acara "Refleksi Akhir Tahun Sektor Pendidikan 2024" berlangsung di aula dinas setempat, Sabtu (21/12/2024). Kegiatan ini menjadi momen strategis untuk mengevaluasi capaian pendidikan selama setahun terakhir dan merancang strategi pendidikan Aceh ke depan. Acara ini mengadirkan pembicara Kadisdik Aceh, Marthunis ST DEA, mantan Kadisdik Aceh,  Dr Anas M Adam, Kepala Balai Penjamin Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Aceh, Dr Muhammad Anis, dipandu Yarmen Dinamika, seorang jurnalis senior.

Refleksi ini dihadiri oleh tokoh pendidikan, pengamat pendidikan, Pengurus Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Ikatan Guru Indonesia (IGI), Koalisi Barisan Guru Bersatu (KoBar GB) Aceh pengawas sekolah, kepala sekolah, akademisi, dan insan pers.

Yarmen Dinamika mengapresiasi diskusi reflektif ini. Ia berharap dengan banyaknya perspektif yang lahir dalam acara ini akan membawa pendidikan Aceh masuk ke jajaran 10 besar nasional.

“Acara ini menjadi ruang strategis untuk mengevaluasi capaian dan merumuskan solusi bersama,” ujarnya.

Dr Anas M Adam yang mendapat kesempatan pertama, dalam refleksinya mengenang masa sulit pendidikan Aceh di era konflik, kendati demikian ia juga menuturkan inovasi yang dilahirkan Pemerintah Aceh yang akhirnya membawa pendidikan Aceh ke posisi 10 besar nasional. 

Anas menegaskan, pentingnya kolaborasi semua pihak untuk memperbaiki kekurangan dan memajukan pendidikan Aceh.

Kadisdik, Marthunis menuturkan, bahwa salah satu langkah meningkatkan kualitas peserta didik di Aceh adalah dengan meningkatkan kualitas guru yang dilakukan Disdik Aceh melalui asesmen dan pelatihan berkelanjutan.

Ia menekankan pentingnya pengembangan kompetensi tenaga pendidik sebagai kunci utama peningkatan mutu pendidikan. Selain itu, ia juga mengungkap data terkait angka putus sekolah, lulusan vokasi, dan alokasi anggaran pendidikan Aceh.

“Kami membutuhkan masukan konstruktif dari berbagai pihak untuk bersama-sama membangun pendidikan Aceh yang lebih baik,” ungkap Marthunis.

Selain peningkatan kualitas guru, sejumlah program prioritas lain seperti pemberian beasiswa bagi siswa kurang mampu dan guru yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi turut dibahas.

Marthunis juga menggaris bawahi pentingnya pemanfaatan teknologi, seperti aplikasi pendidikan untuk memantau perkembangan siswa dan guru secara real-time.

Kadisdik Aceh mengatakan, media sosial diusulkan menjadi alat utama untuk menyampaikan informasi kebijakan dan kegiatan pendidikan secara luas dan cepat. Marthunis berkomitmen membangun sistem komunikasi yang lebih terstruktur untuk melibatkan siswa, guru, dan orang tua dalam pengembangan pendidikan.

Lebih lanjut ungkapnya, kita bertekad menciptakan pendidikan yang inklusif dan berkualitas bagi seluruh masyarakat. Evaluasi dari acara ini diharapkan menjadi dasar perumusan langkah konkret untuk memperbaiki sektor pendidikan Aceh.

“Meskipun ada perbedaan perspektif, tujuan kita tetap sama: menghadirkan pendidikan Aceh yang hebat,” imbuh Marthunis dengan optimis.

Kepala BPMP Provinsi Aceh, Dr Muhammad Anis menyoroti data bahwa hampir 70% siswa di Indonesia masih di bawah standar kompetensi literasi. Menurutnya, kondisi ini mencerminkan urgensi implementasi program Merdeka Belajar di Aceh. 

Ia juga menekankan pentingnya akurasi data pendidikan melalui Dapodik sebagai dasar pengambilan kebijakan yang tepat.

"Aceh memiliki 39.085 unit Chromebook yang bisa dioptimalkan untuk mendukung pembelajaran. Namun, pemanfaatannya masih belum maksimal di banyak sekolah,” jelas Anis.

Selain itu sambungnya, isu pendidikan inklusif menjadi perhatian khusus. Pembentukan tim untuk menangani kebutuhan siswa dengan disabilitas di sekolah-sekolah diharapkan dapat menjadi solusi bagi tantangan pendidikan inklusif di Aceh.

Acara ini juga menyoroti pentingnya komunikasi terbuka antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku pendidikan.[]

Lebih baru Lebih lama