Oleh: Siti Hajar
Di Universitas Syiah Kuala, nama Bank Sampah USK (BSU) sudah begitu lekat di telinga. Dan setiap kali nama itu disebut, sosok yang langsung terlintas adalah seorang perempuan dengan paras cantik dengan balutan pakaian tertutup, postur tinggi, dan logat batak yang khas. Dia adalah Rama Herawati, pendiri sekaligus penggerak utama BSU. Bu Rama, begitu ia akrab disapa, telah mendedikasikan dirinya untuk mewujudkan kampus yang bersih dan berkelanjutan. Sosoknya bukan hanya seorang pegiat kampus, tetapi juga seorang motivator lingkungan yang selalu menginspirasi dengan semangat yang tak pernah surut.
Bu Rama adalah istri dari Prof. Ashabul Anhar-Dosen Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Pasangan ini berbagi visi yang sama, menjaga kelestarian lingkungan, baik melalui pendidikan, penelitian, maupun aksi nyata. Dengan dukungan penuh dari sang suami, Bu Rama tak pernah lelah berkeliling dari satu unit kerja ke unit kerja lain, dari fakultas ke fakultas, memastikan pengelolaan sampah berjalan sebagaimana mestinya.
Beliau selalu mengingatkan setiap orang yang ditemuinya tentang pentingnya meminimalkan sampah. Bahkan, ia tak segan mengajak seluruh civitas akademika untuk berkomitmen pada prinsip zero waste (nol sampah), sembari menegaskan pesannya dengan penuh semangat, "Ayo buat bumi kita tersenyum."
Keaktifannya tidak hanya terbatas pada lingkungan kampus. Bu Rama kerap membagikan momen-momen inspiratif melalui media sosial, yang beliau aktif di dalamnya. Ia memotret meja-meja para pejabat yang mengikuti rapat dan seminar di ring satu Gedung Rektorat USK dan juga Fakultas. Aktivitas di luar kampus tidak luput dari pantauan Bu Rama. Beliau terlihat sangat bahagia saat mendapati event yang sudah menerapkan prinsip nol sampah.
Kepada adik-adik mahasiswa di lingkungan USK, BSU selalu menyarankan untuk membawa tumbler sendiri apapun dan dimanapun kegiatan mereka. Maka tidak heran hampir di setiap sudut kampus selalu tersedia galon air isi ulang. Hal ini dilakukan untuk menghindari membeli air dalam botol kemasan. Selain hemat juga tidak menghasilkan sampah plastik.
Bu Rama juga menghimbau kepada pengelola kantin agar tidak menggunakan styorofom sebagai pembungkus makanan. Jika tidak ada wadah maka kertas bungkus nasi (yang berwarna coklat) menjadi pilihannya. Namun, tetap lebih baik membawa wadah makanan bila tidak mau makan di tempat.
Beliau tidak henti-henti mengingatkan semua orang terutama ibu-ibu DW untuk mengadakan acara dengan prinsip zero waste. Termasuk larangan penggunaan plastik dan styrofoam.
Tak hanya itu, Bu Rama juga seringkali mengunggah aktivitas para mahasiswa dan alumni yang menjadi relawan Bank Sampah USK. Melalui unggahan-unggahan itu, ia menunjukkan betapa besar antusiasme generasi muda dalam mendukung gerakan peduli lingkungan. Foto-foto itu bukan sekadar dokumentasi, melainkan sebuah ajakan halus untuk ikut dalam perjuangannya menjaga lingkungan.
Semangat Bu Rama juga terlihat dalam partisipasinya di berbagai acara besar di Kota Banda Aceh. Dari Pekan Olahraga Nasional (PON) dan juga Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 pada tahun 2024, ia hadir bersama tim-nya sebagai simbol aktivisme lingkungan yang kuat. Dengan senyum yang selalu menghiasi wajahnya, ia menyuarakan pentingnya pengelolaan sampah secara bijak kepada khalayak yang lebih luas. Bu Rama Herawati adalah bukti bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil yang konsisten. Ia telah berhasil menjadikan Bank Sampah USK lebih dari sekadar fasilitas pengelolaan sampah; ia menjadikannya gerakan sosial yang menyatukan berbagai elemen masyarakat untuk menjaga bumi tetap tersenyum.
Semoga Bu Rama dan seluruh tim Bank Sampah USK selalu diberi kesehatan, kekuatan, dan semangat yang tak pernah pudar dalam memperjuangkan misi mulia ini. Perjuangan mereka tidak hanya tentang mengelola sampah, tetapi juga menanamkan benih-benih kebaikan yang akan tumbuh subur untuk menciptakan Aceh yang lebih bersih, hijau, dan lestari. Dengan dedikasi tanpa henti, mereka menginspirasi banyak orang untuk bertanggung jawab terhadap bumi, agar kelak warisan kita adalah lingkungan yang masih bisa dinikmati oleh generasi mendatang. Teruskan langkah ini, karena setiap usaha kecil yang dilakukan hari ini akan menciptakan dampak besar untuk masa depan yang lebih baik.[]